Sabtu, 14 November 2015

Sistem Informasi Berbasis Komputer

Computer Based Information System (CBIS)
Computer Based Information System (CBIS) atau dalam bahasa Indonesia berarti sistem informasi berbasis komputer merupakan sebuah sistem yang terintegrasi, sistem-manusia-mesin yang memanfaatkan perangkat keras, perangkat lunak, database,dan prosedur yang bertujuan untuk menyediakan informasi yang mendukung kegiatan organisasi.

Komponen CBIS
Menurut John Burch dan Gary Grudnitski ada beberapa komponen-komponen system informasi yang disebut dengan istilah blok bangunan (building block):
•Blok Masukan
Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input disini termasuk metode-metode dan media yang digunakan untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.
•Blok Model
Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
•Blok Keluaran
Produk yang dihasilkan dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang baik serta bermanfaat dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen semua pemakai sistem.
•Blok Teknologi
Teknologi merupakan sebuah tool-box dalam sistem informasi. Teknologi digunakan untuk menerima masukan, menjalankan model, menyimpan, dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. Teknologi terdiri dari 3 bagian utama, yaitu teknisi (humanware atau brainware), perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).
•Blok Basis Data
Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan untuk mengakses atau memanipulasinya digunakan perangkat lunak yang disebut dengan DBMS (Database Management Systems). Data perlu disimpan dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Perlu dilakukan pengorganisasian terhadap basis data yang ada agar informasi yang dihasilkannya baik dan efisiensi kapasitas penyimpanannya.
•Blok Kendali
Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam, kecurangan-kecurangan, kegagalan-kegagalan yang terjadi di dalam sistem, ketidakefisienan, sabotase, dan lain sebagainya. Sehingga beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun dapat langsung segera diperbaiki jika seandainya hal-hal yang disebutkan diatas terjadi.

Sistem Informasi Berbasis Komputer
•SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
Wahyono & Pujiatmoko (2008) kumpulan dari sumber daya, baik manusia, peralatan, dan teknologi yang dirancang dan digunakan untuk mengubah data-data ekonomi ke dalam informasi yang bermanfaat bagi penggunanya.
•SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Sistem informasi manajemen menurut McLeod & Schell (2008) adalah suatu sistem berbasis komputer yang membuat informasi tersedia bagi para pengguna yang memiliki kebutuhan serupa.
•SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
Menurut Bonczek, dkk (dalam Nofriansyah, 2014) sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi, sistem bahasa (mekanisme untuk memberikan komunikasi antar pengguna dan komponen sistem pendukung keputusan lain), sistem pengetahuan (respositori pengetahuan domain maslaah yang ada pada sistem pendukung keputusan atau sebagai data atau sebagai prosedur), dan sistem pemrosesan maslaah (hubungan antara dua komponen lainnya, terdiri dari satu atau lebih kapabilitas manipulasi masalah umum yang diperlukan untuk pengambilan keputusan).
•OTOMATISASI KANTOR
Otomatisasi kantor menurut McLeod & Schell (2008) adalah penerapan otomatisasi, seperti teknologi komputer, pada pekerjaan kantor seperti email, penanggalan elektronik, konferensi video, dan desktop publishing. Otomatisasi kantor meliputi seluruh sistem elektronik formal maupun informal yang terutama berhubungan dengan komunikasi informasi ke dan dari orang-orang di dalam maupun di luar perusahaan.
•SISTEM PAKAR
Menurut Kusrini (2008) sistem pakar adalah aplikasi berbasis komputer yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sebagaimana yang dipikirkan oleh pakar. Pakar yang dimaksud disini adalah orang yang mempunyai keahlian khusus yang dapat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh orang awam. Sistem pakar memecahkan masalah yang biasnaya hanya bisa dipecahkan oleh seorang pakar, dipandang berhasil ketika mampu mengambil keputusan seperti yang dilakukan oleh pakar aslinya baik dari sisi proses pengambilan keputusannya maupun hasil keputusan yang diperoleh. Sistem pakar memiliki 2 komponen utama yaitu basis pengetahuan dan mesin inferensi. Basis pengetahuan merupakan tempat penyimpanan pengetahuan dalam memori komputer, dimana pengetahuan ini diambil dari pengetahuan pakar. Sedangkan mesin inferensi merupakan otak dari aplikasi sistem pakar, yaitu bagian yang menuntun pengguna untuk memasukkan fakta sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Mesin referensi ini melakukan tugasnya berdasarkan para pengetahuan yang ada dalam basis pengetahuan.



DAFTAR PUSTAKA

Kusrini. (2008). Aplikasi sistem pakar menentukan factor kepastian pengguna dengan metode kuantifikasi pertanyaan. Yogyakarta : ANDI

Marimin, Tanjung, H., & Prabowo, H. (2006). Sistem informasi manajemen sumber daya manusia. Bogor: Grasindo.

Nofriansyah, D. (2014). Konsep data mining vs sistem pendukung keputusan. Sleman : Deepublish

Schell, G. P., & McLeod, R. (2008). Sistem informasi manajemen edisi 10. Jakarta : Penerbit Salemba Empat

Stair, R. M., & Reynolds, G. W. (2014). Principle of information systems twelfth edition. Boston : Cengage Learning

Wahyono, T., & Pujiatmoko, L. (2008). Pengembangan aplikasi akuntansi berbasis microsoft visual basic.net. Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Minggu, 11 Oktober 2015

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI - Tugas 1

1. Sistem
Pengertian sistem:
•Indrajit (dalam Hutahaean, 2014) mengemukakan bahwa sistem yaitu kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki unsur-unsur keterkaitan satu sama lain.
•Jogianto (dalam Hutahaean, 2014), sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
•Murdick (dalam Hutahaean, 2014), sistem adalah seperangkat elemen yang membentuk kumpulan atau prosedur atau bagan-bagan pengolahan yang mencari suatu tujuan tertentu.

Berdasarkan pernyataan beberapa tokoh tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem adalah suatu kumpulan atau komponen yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2.Informasi
Pengertian informasi:
•Laudon (dalam Gaol, 2008), informasi adalah data yang sudah dibentuk kedalam suatu formulir bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk manusia.
•Moeliono (dalam Gaol, 2008), informasi adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian analisis atau kesimpulan.
•Davis (dalam Gaol, 2008), informasi adalah data yang telah diproses atau diolah kedalam bentuk yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai yang sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang sekarang atau nantinya.

Berdasarkan pengertian dari beberapa tokoh tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi adalah suatu data atau keterangan yang bermanfaat, sangat berarti, dan dapat digunakan oleh penerimanya.

3.Psikologi
Pengertian Psikologi:
•Wundt (dalam Basuki, 2008) psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness). Dalam psikologi, keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia.
•Morgan (dalam Basuki, 2008) berpendapat bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dan binatang.
•Plotnik (dalam Basuki, 2008) psikologi merupakan studi yang sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan proses mental.

Berdasarkan beberapa pandangan tokoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang keadaan jiwa, perilaku, dan proses mental manusia.

Sistem Informasi Psikologi
Berdasarkan pengertian-pengertian tentang sistem, informasi, dan psikologi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi psikologi adalah suatu kumpulan atau komponen keterangan tentang perilaku dan jiwa manusia yang berinteraksi satu sama lain dan dapat bermanfaat bagi penerimanya.

Daftar Pustaka
Basuki, H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Gaol, C. J. L. (2008). Sistem informasi manajemen. Jakarta : Grasindo.
Hutahaean, J. (2014). Konsep sistem informasi. Yogyakarta : Deepublish.

Senin, 08 Juni 2015

TERAPI KELUARGA

Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern & Pinsof, 1986). Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi individual mempunyai konsekwensi dan konteks social. Contohnya, klien yang menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya. Menurut teori awal dari psikopatologi, lingkungan keluarga dan interksi orang tua- anak adalah penyebab dari perilaku maladaptive (Bateson et al,1956; Lidz&Lidz, 1949 ;Sullivan, 1953).

Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto, California. Penelitian ini menghasilkan 2 konsep mengenai terapi dan patologi keluarga, yaitu :
1. The double bind (ikatan ganda). Dalam terapi keluarga, munculnya gangguan terjadi saat salah satu anggota membaik tetapi anggota keluarga lain menghalang-halangi agar keadaan tetap stabil.
2. Family homeostasis (kestabilan keluarga). Bagaimana keluarga menjaga kestabilannya ketika terancam.

Terapi keluarga sering dimulai dengan fokus pada satu anggota keluarga yang mempunyai masalah. Khususnya, klien yang diidentifikasi adalah remaja laki-laki yang sulit diatur oleh orang tuanya atau gadis remaja yang mempunyai masalah makan. Sesegera mungkin, terapis akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah keluarga atau komunikasi keluarga yang salah, untuk mendorong semua anggota keluarga mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum terapi keluarga adalah meningkatkan komunikasi karena keluarga bermasalah sering percaya pada pemahaman tentang arti penting dari komunikasi (Patterson, 1982).

Terapi keluarga mengajarkan penyelesaian tanpa paksaan, mengajarkan orang tua untuk menetapkan kedisiplinan pada anak-anak mereka, mendorong tiap anggota keluarga untuk berkomunikasi secara jelas satu sama lain, mendidik anggota keluarga dalam prinsip perubahan perilaku, tidak menekankan kesalahan pada satu anggota akan tetapi membantu anggota keluarga apakah hyarapan terhadap anggota yang lain masuk akal.

Unsur – Unsur Terapi Keluarga

Terapi keluarga didasarkan pada teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari 3 prinsip. Pertama adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arah–efek perhubungan. Jadi, tidak ada anggota keluarga yang menjadi penyebab masalah lain; perilaku tiap anggota tergantung pada perbedaan tingkat antara satu dengan yang lainnya. Prinsip kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti sebagai pola integrasi, tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain. Prinsip ketiga adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.

Model terapi dalam keluarga

1.Experiental / Humanistic
Tujuan dari terapi ini adalah insight, kematangan psikoseksual, penguatan fungsi ego, pengurangan gejala patologis, dan memuaskan lebih banyak relasi obyek. Kerangka umumnya adalah kejadian saat ini yaitu data terkini dan dari pengalaman yang diobservasi secara langsung. Aturan dari proses ketidaksadaran adalah pilihan bebas dan kesadaran akan kemampuan diri lebih penting dari pada motivasi yang tidak disadari. Fungsi utama dari terapis adalah sebagai fasilitator aktif pada potensi-potensi untuk pertumbuhan dan menyediakan keluarga pada pengalaman baru. Jenis-jenis terapi yang digunakan dalam pendekatan experimental / humanistic adalah sebagai berikut:
•Terapi pengalaman (Experiental or symbolic family therapy). Menggunakan pendekatan non-teoritis dalam terapi tetapi lebih menekankan pada proses, yaitu sesuatu yang terjadi selama tahapan terapi keluarga dan bagaimana setiap orang mengalami perasaan-perasaan dan perubahan pada perilakunya.
•Gestalt family therapy. Menekankan pada pengorganisasian diri secara menyeluruh. Fokus utamanya adalah membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu oleh lingkungan ke keadaan mandiri (self support).
•Humanistik. Terapis berperan dalam memperkaya pengalaman keluarga dan memperbesar kemungkinan setiap anggota keluarga untuk menyadari keunikan dan potensi mereka yang luar biasa.
•Pendekatan proses / komunikasi. Terapis dan keluarga bekerjasama untuk menstimulasi proses healting-promoting. Pendekatan yang digunakan adalah mengklarifikasi adanya ketidaksesuaian dalam proses komunikasi diantara anggota keluarga.

2.Bowenian
Tujuan terapi adalah memaksimalkan diferensiasi diri pada masing-masing anggota keluarga. Kerangka umumnya dari Bowen adalah mengutamakan masa kini dan tetap memperhatikan latar belakang keluarga. Aturan dari ketidaksadaran adalah konsep terkini yang menyatakan konflik yang tidak disadari meskipun saat ini tampak pada masa interaktif. Fungsi utama dari terapis adalah langsung tapi tidak konfrontasi dan dilihat melalui penyatuan keluarga. Bowen mencoba menjembatani antara pendekatan yang berorientasi pada psikodinamika yang menekankan pada perkembangan diri, isu-isu antar generasi dan peran-peran masa lalu dengan pendekatan yang membatasi perhatian pada unit keluarga dan pengaruhnya dimasa kini.
Bowen menggunakan 8 konsep dalam sistem hubungan emosional dalam keluarga yang digunakan Bowen untuk menganalisis kasus adalah sebagai berikut:
•Perbedaan individu
•Triangulasi
•Sistem emosional keluarga
•Proses proyeksi keluarga
•Pemutusan emosional
•Proses penularan multigenerasi
•Posisi saudara kandung
•Regenerasi masyarakat

3.Psikodinamika
Tujuan dari terapi psikodinamika ini adalah pertumbuhan, pemenuhan lebih banyak pada pola interaksi yang lebih. Psikodinamika memandang keluarga sebagai sistem dari interaksi kepribadian, dimana setap individu mempunyai sub-sistem yang penting dalam keluarga, sebagaimana keluarga sebagai sebuah sub-sistem dalam sebuah komunitas. Terapis menjadi fasilitator yang menolong keluarga untuk menentukan tujuannya sendiri dan bergerak kearah mereka sebagaiman sebuah kelompok. Fungsi utama dari terapis bersikap netral artinya membuat intepretasi terhadap pola perilaku individu dan keluarga.

4.Behavioral
Tujuan dari terapi behavioral adalah merubah konsekuensi perilaku antara pribadi yang mengarah pada penghilangan perilaku maladaptif atau problemnya kerangka umum dari pendekatan behavioral adalah masa kini yang lebih memfokuskan pada lingkungan interpersonal yang terpelihara dan muncul terus dalam pola perilaku terkini. Fungsi utama dari terapis adalah direktif, mengarahkan, membimbing atau model dari perilaku yang diinginkan dan negoisasi kontrak. Jenis terapi keluarga yang biasa digunakan dalam pendekatan behaviora:
•Behavioral marital therapy
•Behavioral parent therapy

5.Struktural
Tujuan dari model pendekatan struktural adalah perubahan pada konteks hubungan dalam rangka rekonstruksi organisasi keluarga dan merubah pola disfungsi transaksional. Kerangka umumm pendekatan struktural adalah masa kini dan masa lalu yaitu struktur keluarga dipandang dari pola transaksional permulaan, dengan kata lain struktur keluarga masa kini dipengaruhi oleh pola-pola transaksional sebelumnya. Fungsi dari terapis adalah direktur panggung, yaitu memanipulasi struktur keluarga dalam rangka mengubah setting disfunsional. Pendekatan yang biasa digunakan adalah:
•Menyusun ulang kesatuan disfungsional
•Teknik intervensi struktural

6.Komunikasi
Tujuan pendekatan komunikasi adalah mengubah perilaku disfungsional dan rangkaian perilaku yang tidak diinginkan antara anggota keluarga serta memperbanyak sekuensi perilaku diantara anggota keluarga untuk mengurangi timbulnya masalah-masalah dan simtom-simtom kerangka umum dari pendekatan komunikas adalah masa kini yaitu problem terkini atau perilaku yang sedang terjadi berulang secara konsisten antar individu. Fungsi dari terapis adalah aktif, manipulatif, problem fokus, paradoksial dan memberikan petunjuk.

Pendekatan Terapi Keluarga

1.Network therapy
Secara logika, terapi keluarga adalah perluasan dari simultan dengan semua yang tersedia dari system kekeluargaan, teman, dan tetangga serta siapa saja yang berkepentingan untuk memupuk rasa kekeluargaan ( Speck and Attneave, 1971).
2.Multiple-impact therapy
Multiple-impact therapy biasanya dapat membantu remaja pada saat mengalami krisis situasi ( MacGregor et al.,1964 ). Tim kesehatan mental bekerja dengan keluarga yang beramasalah selama dua hari. Setelah dibei pengarahan, anggota tim akan dipasangkan dengan salah satua atau lebih anggota keluarga dengan beberapa varisasi kombinasi. Mungkin ibu dan putrinya dapat ditangani oleh satu orang terapist, sedangkan ayah ditangani secara individual sepert halnya anak laki-lakinya. Bila dibutuhkan regroup diperbolehkan untuk mengeksplorasi maslah keluarga yang rumit. Tujuan dari terapi adalah untuk reorganisasi sistem keluarga sehingga dapat terhindar dari malfungsi. Diharapkan sistem keluarga menjadi lebih terbuka dan adaptif, untuk itu terus dilakukan followup.
3.Multiple- family and multiple- couple group therapy
Masa kegiatan kelompok keluarga selanjutnya menimbulkan suatu keadaan yang biasa untuk membantu masalah emosional ( e.g., Laqueur, 1972 ). Model ini, partisipan tidak dapat memeriksa satu persatu dengan mentransaksi keluarga kecil mereka tetapi mengalami simultan mengenai masalah ekspresi oleh keluarga dan pasangan suami istri. Dengan demikian, terapi kelompok ini dapat menunjang pemikiran pada pasangan suami istri.

DAFTAR PUSTAKA
Almasitoh, Ummu Hany. (2012). Model Terapi dalam Keluarga. Magistra.

Becvar, Dorothy S. Becvar, Raphael J. 1976.Family Teraphy ( A systematic Intregation). Adivision of Simon & Schester, Inc. Needham Height; Massachusetts.

Korchin, Sheldon J. 1976.Modern Clinical Psychology. Basic Books, Inc. Publishers: New York.

Nietzel, Michael. 1998. Introduction To Clinical Psychology. Simon & Schuster / Aviacom Company. Upper Saddle River: New Jersey.

Rabu, 29 April 2015

TERAPI PERSON-CENTERED

Terapi Person-Centered awalnya di pakai oleh Carl Ransom Rogers (1902-1987). Rogers (sebagai terapis) meminimalkan pengarahannya dan membantu kliennya memperjelas persepsi mereka mengenai diri sendiri. Rogers meneliti tentang persepsi klien terhadap self-aktual dan self-idealnya. Reflection of feelings adalah teknik yang dilakukan terapis dalam memposisikan dirinya sebagai cermin bagi klien, agar klien dapat lebih mengenal dirinya, menerima diri sendiri, dan kemudian dapat mempersepsikan keadaannya sekarang.

Tujuannya adalah merubah kondisi psikologis individu menjadi pribadi yang positif dan optimal.

Peran Terapis:
•Terapis tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan terapi tetapi itu dilakukan oleh klien sendiri.
•Terapis merefleksikan perasaan-perasaan klien sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
•Terapis menerima individu dengan sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun.
•Terapis memberi kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.

Fungsi Terapi:
instrument untuk membantu klien terhadap terciptanya perubahan perilaku. Adapun sikap terapist sebagai instrument dalam proses terapi meliputi kongruen/genuine/otentik, penghargaan tanpa syarat (uncounditional positif regard), dan pemahaman secara empati (empathic understanding).

Sumber:

Corey, G. (1995). Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. “Cetakan Pertama terjemahan Mulyarto”. Semarang : IKIP Semarang Press

Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius

TERAPI HUMANISTIK EKSISTENSIAL

Terapi humanistik eksistensial lebih memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar dan juga lebih memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa sekarang bukan pada masa lampau. Pada dasarnya terapi eksistensial memiliki tujuan untuk meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
Dalam buku Teori dan Praktek Konseling Psikoterapi oleh Gerald Corey pada tahun 1999, terapi eksistensial juga bertujuan membantu klien menghadapi kecemasan sehubungan dengan pemilihan nilai dan kesadaran bahwa dirinya bukan hanya sekedar korban kekuatan-kekuatan determinisik dari luar dirinya. Terapi eksistensial memiliki cirinya sendiri oleh karena pemahamannya bahwa tugas manusia adalah menciptakan eksistensinya yang bercirikan integritas dan makna.

Fungsi dan Peran Terapis
Tugas utama dari seorang terapis adalah berusaha memahami keberadaan klien dalam dunia yang dimilikinya. Tugas terapis diantaranya adalah membantu klien agar menyadari keberadaanya dalam dunia: “Ini adalah saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia”. Peran terapis sebagai ”spesialis mata ketimbang pelukis”, yang bertugas memperluas dan memperlebar lapangan visual pasien.

Penerapan Teknik dan Prosedur Terapeutik
Pendekatan eksistensial pada dasarnya tidak memiliki perangkat teknis yang siap pakai seperti kebanyakan pendekatan lainya. Pendekatan ini bisa menggunakan beberapa teknik dan konsep psikoanalitik, juga bisa menggunakan teknik kognitif-behavioral. Metode yang berasal dari Gestalt dan analis Transaksional pun sering digunakan. Akan tetapi pada intinya, teknik dari pendekatan ini adalah penggunaan kemampuan dari pribadi terapis itu sendiri.
Pada saat terapis menemukan keseluruhan dari diri klien, maka saat itulah proses terapeutik berada pada saat yang terbaik. Penemuan kreatifitas diri terapis muncul dari ikatan saling percaya dan kerjasama yang bermakna dari klien dan terapis.

Proses konseling oleh para eksistensial meliputi tiga tahap. Dalam tahap pendahuluan, konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meneliti peran mereka dalam hal pencitpaan masalah dalam kehidupan mereka.
Pada tahap pertengahan, klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dari system mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
Tahap Terakhir berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupanya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaaan kebebasan pribadinya.

Sumber :
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius

TERAPI PSIKOANALISA

Terapi psikoanalisa adalah teknik pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini. Teknik ini menekankan menggali seluruh informasi permasalahan dan menganalisis setiap kata-kata yang diungkapkan oleh klien. Didalam terapi psikoanalisa ini sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik, maksudnya adalah adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional antara terapis dan klien, terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat merasakan kenyamanan, ketenangan dan bisa rileks menceritakan permasalahan serta tujuannya untuk menemui terapis.

Tujuan terapi Psikoanalisis
•Membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien
•Fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak

Peran terapis
•Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis
•Membangun hubungan kerja dengan klien, banyak mendengar dan menafsirkan
•Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien
•Mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien

Teknik yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut;
•Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu, yang kemudian dikenal dengan katarsis. Asosiasi merupakan salah satu dari peralatan dasar sebagai pembuka pintu keinginan, khayalan, konflik, serta motivasi yang tidak disadari. Dalam tehnik ini Freud menggunakan Hipnotis untuk mendapatkan data-data dari klien mengenai hal-hal yang dia pikirkan dialam bawah sadarnya, dengan tehnik ini klien dapat mengutarakan apapun yang dia rasakan tanpa ada yang disembunyikan sehingga psikoterapis dapat menganalisis masalah apa yang sebenarnya terjadi pada klien. Penerapan metode ini dilakukan dengan posisi klien berbaring diatas dipan/sofa sementara terapis duduk dibelakangnya, sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat-saat asosiasinya mengalir dengan bebas. Dalam hal ini terapis fokus bertugas untuk mendengarkan, mencatat, menganalisis bahan yang direpres, memberitahu/membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari).
•Interpretasi atau Penafsiran
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Caranya adalah dengan tindakan-tindakan terapis untuk menyatakan, menerangkan, dan mengajarkan klien makna-makna tingkah laku apa yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi atau proses pengungkapan alam bawah sadar secara lebih lanjut. Penafsiran yang diberikan oleh terapis menyebabkan adanya pemahaman dan tidak terhalanginya alam bawah sadar pada diri klien.
•Analisis Mimpi
Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh pemahaman kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, sehingga perasaan-perasaan yang direpres akan muncul ke permukaan, meski dalam bentuk lain. Freud memandang bahwa mimpi merupakan “jalan istimewa menuju ketidaksadaran”, karena melalui mimpi tersebut hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan. Pada teknik ini biasanya para psikoterapis memfokuskan mimpi-mimpi yang bersifat berulang, menakutkan dan sudah pada taraf mengganggu. Tugas terapis adalah mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk mengungkap makna-makna yang terselubung.
•Analisis dan interpretasi resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu.
•Analisis dan interpretasi transferensi
Transferensi adalah pengalihan sikap, perasaan dan khayalan pasien. Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun. Transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis.

Sumber:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Findryawati.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F21332%2FTERAPI%2BPSIKOANALISIS.doc&ei=ZPpAVfeJMpPiuQSTuoHYBQ&usg=AFQjCNFJYpptYROuX2NWH2pMhKln9FU0Ww&sig2=05obNrLNEcqtQ-HbsTDsFQ&bvm=bv.92189499,d.c2E

Gerald, Corey. (2005). Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy. Thompson learning: USA.

Palmer, Stephen. (2011). Konseling Psikoterapi diterjemahkan dari Introduction to Counselling and Psychotherapy. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

D.Gunarsa, Prof.DR.Singgih. (1992). Konseling dan Psikoterapi. Gunung Mulia: Jakarta.

Hartosujono. Diktat Psikologi. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa: Yogyakarta.

LOGOTERAPI

Logoterapi berasal dari kata Yunani logos yang mengandung dua arti. Pertama, logos berarti “spirit” (semangat) yaitu suatu dimensi terdalam dari seorang manusia, dan arti ini lebih antropologis daripada teologis. Kedua, adalah “meaning” yaitu nilai hidup sebagai seorang manusia. Logoterapi adalah sebuah teori yang berorientasi untuk menemukan arti, suatu arti dalam dan bagi eksistensi manusia. Intinya adalah menerima tanggung jawab dan berusaha menemukan arti atau nilai di balik kehidupan. Tiga konsep dalam hubungan dengan logoterapi adalah Freedom of Will, Will-to-meaning, dan The meaning of life.

Tujuan logoterapi adalah agar dalam masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut.

Fungsi dan Peran Terapis
•Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah
•Mengendalikan filsafat pribadi
•Terapis bukan guru atau pengkhotbah
•Memberi makna lagi pada hidup
•Memberi makna lagi pada penderitaan
•Menekankan makna kerja
•Menekankan makna cinta

Teknik Logoterapi
Victor Frankl dikenal sebagai terapis yang memiliki pendekatan klinis yang detail. Diantara teknik-teknik tersebut adalah yang dikenal dengan intensi paradoksal, yang mampu menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
Teknik terapi Frankl yang kedua adalah de-refleksi. Frankl percaya bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya.

Sumber:
https://books.google.co.id/books?id=xS9PsF3xoboC&pg=PA134&dq=logoterapi+adalah+logos&hl=id&sa=X&ei=6u9AVdXeAcOsuQTmqoCYBw#v=onepage&q=logoterapi%20adalah%20logos&f=false

Gerald, Corey. (2007). Teori dan Praktek Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.

Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi “Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Frankl. Emil. 2004. On the theory and therapy of mental disorders: an introduction to logotherapy and existential analysis. Brunner-Routledge 270 Madison Avenue. New York.

Minggu, 29 Maret 2015

Psikoterapi: TUGAS 1 MINGGU KE 2

Perbedaan Psikoterapi dan Konseling

Menurut Mowrer (1953) konseling adalah usaha untuk mengatasi pasien yang mengalami kecemasan biasa. Sedangkan psikoterapi berusaha untuk mengatasi pasien yang mengalami neurosis-kecemasan.

Tyler (1961) mengatakan bahwa konseling berhubungan dengan proses bantuan terhadap klien agar menumbuhkan identitas, sedangkan psikoterapi melakukan perubahan pada struktur dasar perkembangannya.

Blocher (1966) membedakan konseling dan psikoterapi dengan melihat pada tujuannya, yaitu
•Pada konseling: developmental – educative – preventive
•Pada psikoterapi : remediative – adjustive -therapeutic

Bentuk bentuk utama dari terapi

1.Terapi Supportive
Bertujuan untuk memperkuat perilaku penyesuaian diri klien yang sudah baik, memberi dukungan psikologis dan menghindari diri dari usaha untuk menggali apa yang ada dalam alam bawah sadar klien. Alasan penghindaran karena kalau akan “dibongkar” ketidaksadarannya, klien ini mungkin akan menjadi lebih parah dalam penyesuaian dirinya. Psikoterapi suportif biasanya dilakukan untuk memberikan dukungan pada klien untuk tetap bertahan menghadapi kesulitannya.

2.Terapi reeducative
Bertujuan untuk mengubah pikiran atau perasaan klien agar ia dapat berfungsi lebih efektif. Terapis mengajak klien atau pasien untuk mengkaji ulang keyakinan klien, mendidik kembali agar ia dapat menyesuaikan diri lebih baik setelah mempunyai pemahaman yang baru atas persoalannya. Terapis tidak hanya membatasi diri membahas kesadaran saja, namun juga tidak terlalu menggali ketidaksadaran. Psikoterapi jenis reedukatif ini biasanya yang terjadi dalam konseling.

3.Terapi Reconstructive
Bertujuan untuk mengubah seluruh kepribadian pasien/klien, dengan menggali ketidaksadaran klien, menganalisis mekanisme defensif yang patologis, memberi pemahaman akan adanya proses-proses tak sadar dan seterusnya. Psikoterapi jenis ini berkaitan dengan pendekatan psikoanalisis dan biasanya berlangsung intensif dalam waktu yang sangat lama.

Sumber :
Prof. Dr. Singgih D.Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi. 2004. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Markam, S.L.S., Sumarmo. (2007). Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Jumat, 20 Maret 2015

TUGAS 1 PSIKOTERAPI, MINGGU KE 1

Pengertian Psikoterapi

1.Watson & Morse (1977)
Psikoterapi adalah bentuk khusus dari interaksi antara dua orang, yaitu pasien dan terapis, dimana pasien memulai interaksi karena ia mencari bantuan psikologik dan terapis menyusun interaksi dengan mempergunakan dasar psikologik untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan mengubah pikiran, perasaan, dan tindakannya.

2.Corsini (1989)
Psikoterapi adalah proses formal antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut:

-Fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berpikir)
-Fungsi afektif (penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan)
-Fungsi perilaku (ketidaktepatan perilaku)

Dari beberapa pengertian diatas, dapat saya simpul kan bahwa psikoterapi adalah proses berinteraksi antara dua pihak yang bertujuan untuk menyembuhkan, menangani, memperbaiki, dan menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang.
Tujuan dan Unsur-Unsur Psikoterapi

Tujuan Psikoterapi :
-Dengan pendekatan psikodinamik menurut Ivey, et al (1987) : Membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang sadar. Kepribadiannya direkonstruksi terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik yang lama.
-Dengan pendekatan psikoanalisis menurut Corey (1991) : Membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang sadar. Klien dibantu untuk menghidupkan pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
-Dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et al (1987) : Untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhan dirinya yang unik. Psikoterapi memberi jalan kepada klien untuk menemukan potensi-potensi terpendam yang ada di dalam diri klien.
Correy (1991) : Untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenali hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan bisa mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat. Psikoterapi menciptakan suasana yang kondusif agar klien bisa mengeksplorasi diri dengan baik.
-Dengan pendekatan Behavioristik, menurut Ivey, et al (1987) : Untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa disesuaikan. Psikoterapi menghilangkan kesalahan dalam belajar dan menggantikan dengan yang benar.
-Dengan Teknik Gestalt, menurut Ivey, et al (1987) : Agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang. Psikoterapi membuat klien lebih bertanggung jawab dan sadar akan kehidupannya sendiri.

Unsur-unsur Psikoterapi
Menurut Masserman (1948):
-Peran sosial (martabat) psikoterapis
-Hubungan (persekutuan terapeutik)
-Hak
-Retrospeksi
-Re-edukasi
-Rehabilitasi
-Resosialisasi
-Rekapitulasi

Sumber :

Gunarsa, Singgih D. 1996. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung Mulia

https://books.google.co.id/books?id=mfsgp_zkmWwC&pg=PA521&dq=unsur+unsur+psikoterapi&hl=id&sa=X&ei=NCMMVem8KMHauQTTn4IY&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=unsur%20unsur%20psikoterapi&f=false


Rabu, 21 Januari 2015

Tugas Softskill 4

KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN

a.Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris “Communications” berasal
dari kata latin “Communicatio, dan bersumber dari kata “Communis” yang
berarti “sama”, maksudnya adalah sama makna. kesamaan makna disini
adalah mengenai sesuatu yang dikomunikasikan, karena komunikasi akan
berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang
dipercakapkan atau dikomunikasikan, Suatu percakapan dikatakan
komunikatif apabila kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan
mengerti bahasa pesan yang disampaikan”. (Effendy, 2005 : 9)

b.Proses Komunikasi


Komunikator -> Pesan (bisa berupa lisan maupun tulisan -> media -> komunikan-> efek -> perilaku.

c.Hambatan Komunikasi
•Gangguan teknis
Gangguan yang bersifat teknis, seperti gangguan pada alat komunikasi, media, teknologi dan sebagainya.
•Gangguan semantik
Gangguan yang berasal dari penggunaan bahasa.
•Gangguan psikologis
situasi dan kondisi psikis yang terdapat/dimiliki oleh komunikan dan komunikator. Misalnya nervous, malu takut dan sebagainya.
•Gangguan fisik
Hambatan jarak komunikasi yang seringkali mengganggu proses komunikasi. Ataupun ketidakadaan fasilitas yang mampu meminimalisir hambatan jarak tersebut.
•Rintangan status
Perbedaan status antara komunikator dengan komunikan seringkali menjadi hambatan yang dapat mengurangi pencapaian tujuan komunikasi.

d.Definisi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan media. Berdasarkan definisi ini maka terdapat kelompok maya atau faktual (Burgon & Huffner, 2002).

SUMBER:
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/456/jbptunikompp-gdl-restarangg-22796-9-babii.pdf
https://kerkoven.files.wordpress.com/2011/01/proses-komunikasi.jpg
http://materikuliah.weebly.com/uploads/3/2/5/3/3253067/hambatan_komunikasi.ppt
http://www.psikologizone.com/definisi-komunikasi-interpersonal/06511922






PELATIHAN dan PENGEMBANGAN
a.Definisi Pelatihan
Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja.

b.Tujuan dan Sasaran Pelatihan & Pengembangan
Menurut Moekijat (1991:55) tujuan umum dari pada pelatihan adalah:
•Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.
•Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional.
•Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kerja sama dengan teman-teman pegawai dan pimpinan.

Sasaran Pelatihan dan Pengembangan menurut Bloom dan teman-temannya (Bloon, 1956, Simpson, 1966, Krathwohl, 1964)
•Sasaran Kognitif, Sasaran yang menggambarkan perilaku kognitif.
•Sasaran Afektif, Meliputi perilaku yang berhubungan dengan perasaan dan sikap. Perilaku tentang suatu kesediaan, kecenderungan.
•Sasaran Psikomotor, Meliputi perilaku gerak.

c.Faktor Psikologi dalam Pelatihan & Pengembangan
Menurut Dole Yoder (dalam As’ad, 1998:67-70) agar pelatihan dan pengembangan
dapat berhasil dengan baik, maka harus diperhatikan delapan faktor sebagai berikut:
•Individual Differences
Tiap-tiap individu mempunyai ciri khas, yang berbeda satu sama lain, baik mengenai sifatnya, tingkah lakunya, bentuk badannya maupun dalam pekerjaannya.
•Relation to job analysis Tugas utama dari analisa jabatan untuk memberikan pengertian akan tugas yang harus dilaksanakan didalam suatu pekerjaan, serta untuk mengetahui alat-alat apa yang harus dipergunakan dalam menjalankan tugas itu.
•Motivation
Motivasi dalam pelatihan ini sangat perlu sebab pada dasarnya motif yang mendorong karyawan untuk menjalankan pelatihan tidak berbeda dengan motif yang mendorongnya untuk melakukan tugas pekerjaannya.
•Active Participation
Didalam pelaksanaan pendidikan pelatihan para trainess harus turut aktif mengambil bagian di dalam pembicaraan-pembicaraan mengenai pelajaran yang diberikan, sehingga akan menimbulkan kepuasan pada para trainess apabila saran-sarannya diperhatikan dan dipergunakan sebagai bahan-bahan pertimbangan untuk memecahkan kesulitan yang mungkin timbul.
•Selection of trainee
Pelatihan sebaiknya diberikan kepada mereka yang berminat dan menunjukkan bakat untuk dapat mengikuti latihan itu dengan berhasil.
•Selection of trainers
Berhasil atau tidaknya seseorang melakukan tugas sebagai pengajar, tergantung
kepada ada tidaknya persamaan kualifikasi orang tersebut dengan kualifikasi yang tercantum dalam analisa jabatan mengajar.
•Trainer Pelatihan
Trainer sebelum diserahi tanggung jawab untuk memberikan pelajaran hendaknya
telah mendapatkan pendidikan khusus untuk menjadi tenaga pelatih.
•Training Methods Metode yang dipergunakan dalam pelatihan harus sesuai dengan jenis pelatihan yang diberikan.

d.Teknik dan metode pelatihan
1.Metode On-the-Job
•Pelatihan Instruksi Kerja
Karyawan langsung belajar menjalankan pekerjaannya saat ini. Yang menjadi instruktur bisa pelatih khusus, atasan/supervisor, atau rekan kerja yang berpengalaman.
•Rotasi Jabatan
Karyawan berpindah-pindah dari satu jabatan ke jabatan lainnya.
•Magang dan Coaching
Dengan magang karyawan belajar pada karyawan lain yang lebih berpengalaman, meskipun bisa juga dikombinasikan dengan pelatihan di kelas di luar jam kerja.

2.Metode Off-the-Job
•Ceramah dan Presentasi Video
Ceramah dan metode off-the-job lainnya lebih mengandalkan komunikasi dibandingkan contoh.
•Vestibule Training
Pelatihan yang menggunakan tiruan dari situasi kerja yang sesungguhnya.
•Role Playing dan Behavior Modeling
Dalam role playing (bermain peran) para karyawan mencoba memainkan peran tertentu yang ada dalam situasi kerja yang nyata. Dalam behavior modeling para karyawan berusaha meniru perilaku kerja tertentu sampai mereka benar-benar menguasai.
•Studi Kasus
Mempelajari situasi nyata atau rekaan yang bisa terjadi dalam pekerjaan mereka.
•Simulasi
Simulasi biasanya menggunakan mesin canggih yang bisa memunculkan situasi kerja yang nyata.
•Belajar Mandiri dan Pembelajaran Terprogram
Para karyawan bisa mempelajari sendiri pekerjaannya dengan bantuan bahan-bahan instruksional yang dirancang sedemikian rupa.
•Pelatihan Laboratorium
Para karyawan berbagi pengalaman, perasaan, dan persepsi sehingga di sini mereka bisa meningkatkan kemampuan interpersonalnya.
•Action Learning
Sekelompok kecil karyawan harus memecahkan sebuah masalah nyata yang terjadi dalam organisasi.
•Business Game
Metode pelatihan dan pengembangan yang memungkinkan para peserta untuk mengambil peran-peran seperti presiden, controller, atau vice president pemasaran dari dua organisasi bayangan atau lebih dan bersaing satu sama lain dengan memanipulasi faktor-faktor yang dipilih dalam suatu situasi bisnis tertentu.

SUMBER:
http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-pelatihan.html
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/pelatihan-kerja-definisi-tujuan-teknik.html
Buku Psikologi dan Organisasi. Asher Sunyato Munandar. Penerbit universitas indonesia (UI. Press). 2008
https://wahabxxxxx.files.wordpress.com/2012/05/psikologi-industri.pdf
www.mdp.ac.id/materi/...2/.../si404-121074-962-5.ppt